Rasanya dicuekin oleh kamu, wahai kamu xxxxxxx yang tiada bandingannya;
adalah lebih sakit daripada kekesalan hati disaat ingin makan duren di musim buah rambutan,
seperti rinduku untuk bertemu Luna Manyun malah ketemu sama Mbok Inem si penjual jamu yang disaat kau penuh rasa cemburu saat menangkap mataku menatap buah pantatnya yang bahenol lagi berisi, dan kau damprat diriku sembari bilang tiada seksi-seksinya wanita seperti itu,
seperti mo dengar lagu Rosa di rumah mu saat ku menunggu dirimu memasak kue jawau[1], tapi yang keluar malah lagu dangdutnya Denada dari kamar kakamu,
dan yang paling parah wahai dikauxxxxx yang selalu kurindukan di tiap detik kehidupanku?
adalah saat ku merasakan sakit ini seperti perasaan terparahku disaat ingin beol tapi gak ketemu WC …
Tolong, tolong jangan hukum aku seperti ini lagi …
Karena ini sakit… dan apabila kau coba lagi untuk terka bagaimana lenturnya kesabaranku atas dirimu …
mungkin yang akan kita dapatkan berdua hanyalah luka …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar